Aku Sayang
Bunda Sayang Aku
(Nurul
Mustika)
Namaku
Shintia, aku duduk dibangku SMP kelas 8. Aku mempunyai kakak panggil aja kak
Rina. Kakakku memang baik, tapi kadang menyebalkan, malahan bisa sangat
menyebalkan. Orang bilang rumah itu surga bagi para penghuninya..tapi
bukan begitu menurutku, yah bisa dibilang fifti-fifti deh.
Disetiap
sekolah pasti diadakan test ditengah semester ataupun diakhir semesternya. Aku
akan menceritakan pengalamanku yang sangat membuatku senang, namun disisi lain
aku sangat sedih dan merasakan kecewa.
Penyakit
hati ini selalu menghasutku untuk selalu sirik kepada kakakku. Hingga aku
selalu berfikir “mengapa kakakku selalu diperhatikan? Mengapa kakakku selalu
ditanya hasil dari testnya? Dapat nilai berapalah?? Inilah, itulah. Mengapa aku
selalu dinomber duakan? Apa karna aku anak kedua jadi aku dinomber duakan?”
pertanyaan itulah yang sudah menempel di memori ingatanku. Namun aku selalu
mengabaikan semua pertanyaan yang konyol untuk aku jawab.
Siang
menuju sore saat matahari ceria, seakan dia tau isi hatiku yang sangat bahagia
dan ia pun ikut merasakannya. Aku bahagia karena nilai test tengah semesterku
bagus-bagus apalagi nilai matematikaku. Aku mendapatkan nilai yang sangat
sempurna, yaitu 100. Rasanya aku ingin sekali cepat pulang kerumah untuk
memberitahu kabar bahagia ini kepada semua orang yang ada dirumah. Terutama
kepada ayah tercinta. Ayah yang selalu mengerti keadaanku dan selalu sangat
perhatian padaku.
Sesampainya
dirumah, aku sangat kecewa sekali. Aku tak melihat sosok ayah saat itu. Mataku
tertuju pada seorang wanita yang sedang duduk sambil menonton tv, yah wanita
itu adalah bundaku. Ku hampiri bunda sambil mencium tangannya, seolah
menggambarkan bahwa aku begitu sangat menghormatinya.
Hening,
itu yangku rasakan. Tapi aku mencoba tersenyum dan membuka pebicaraan “bunda
tahu tidak nilai testku berapa?” bunda
hanya melihatku dan tersenyum “dapat berapa emangnya?” jawabnya singkat. “nilai
matematikaku 100 bunda” sambil memeluknya dari belakang. “wah hebat anak bunda J”.
Pujian bunda membuat idungku seketika kembung kempis.
Tiba-tiba
kakaku pulang. “bunda, tadi seru banget loh dikampus. Temanku dihukum sama
dosen kasena surat-suratan pada jam pelajaran. Mana dosennya kiler lagi .”
katanya sambil ketawa-ketawa gak jelas .“oh yahh? Gimana ceritanya? Cerita dong
sama bunda.” Pertanyaan bunda seolah memberikan perhatian yang lebih. Dan
sangat tidak disangka bunda menghampiri kakakku kekamarnya hanya untuk
mendengarkan cerita yang gak penting. Jleebb hatiku sakit banget, bunda
meninggalkanku yang sedang berdiri terpaku.
Berlari
kecil dan meninggalkan ruangan itu, bermaksud untuk mask kamarku tercinta yang
siap mendengarkan curahan hatiku. “mengapa aku ditinggalkan? Mengapa bunda
memilih mendengarkan cerita kakakku yang gak jelas itu. Perasaan di kelasku
juga banyak yag sering dihukum oleh guru karena alas an tertentu. Tapi aku
selalu berfikir kalau itu gak pantas aku ceritakan pada semua orang termasuk
bunda.”
Fikiranku
melayang tak tau arah. Semua yang ada dimemori ingatanku hilang. Hanya
tertinggal beberapa pertanyaan yang selama ini belum bisaku jawab. “bunda lebih
memntingkan kakakku daripada aku? Ini bukan yang pertama kalinya, tapi ini
sudah berkali-kali kurasakan. Apa bunda tidak sayang padaku? Apa aku hanya anak
tiri? Ya allah aku gak kuat dengan cobaan ini, lebih baik aku kembali padamu.
Aku sudah gak sanggup..” tak terasa air mataku mengalir begitu deras membasahi
pipiku.
“mungkin
1+1 bisa aku selesaikan, tapi maslah ini mengapa tidak bisa aku selesaikan??
Apa yang harus aku lakukan ya allah?? Berikan petunjukmu pada hamba ini.”
Lamunanku buyar karena aku mendenga suara yang taka sing lagi bagiku. “tia,
makan yuk . dari tadi kamu belum makan loh.”
Suara itu sangat menyaring ditelingaku. Aku tak menghiraukannya karena
aku tahu itu adalah suara bunda.
Tak
lama bunda mengetuk lagi pintu kamarku. “ tia, ayo makan nak, nanti kamu sakit.
Lagian ada makanan kesukaan kamu tuh..” ku buka pintu kamarku, “tumben bunda
peduli? Perhatian aja sama kakak” jawabku aggak ketus. “bunda perhatian karena
bunda sayang sama kamu. Lagian kakak mu sudah makan.” Jawabnya. “apa bun? Bunda
perhatian sama aku karena kakak udah selesai ? iya bun, tega banget . misalnya
kakak belum makan pasti bunda gak akan peduli sama aku. Iyakan bun? Terimakasih
untuk perhatiannya. Tapi sayang aku gak mau.” Sambil menutup pintu dan hanya
menangislah yang bisa ku lakukan.
“maaf
bunda aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi hatiku sudah terlanjur pecah
berkeping-keping”ujarku dalam hati
Terdengar
suara ayah pulang, dan menanyakan kabarku, Kabar anak bungsunya. Mungkin jika
adikku masih ada di dunia ini, aku bukan aak bungsu dan mungkin aja aku gak
akan merasa kesepian ini.
Tukk..tuukk..tuukk
suara pintu kamarku. “tia sayang ini ayah nak, ayo buka pintunya” ujarnya penuh
dengan kasih sayang. “iya ayah, silahkan masuk.” Sambil ku buka pintu kamarku.
“kamu kenapa kecil? Katanya belum makan? Cerita sama ayah, kamu punya masalah
apa ?” ayah sambil bercanda, dan perkataan ayah bisa sedikit membuatku
tersenyum. Ku peluk ayah dengan erat dan bertanya, “ayah sayang gak sama aku?
Terus bunda sama kakak sayang gak sama aku?” pertanyaanku membuat ayah seketika
terkejut. “ya jelaslah ayah sangat sayang sama kamu tia, begitu juga dengan
bunda dan kakakmu.. mana ada orang tua yang gak sayang sama anaknya sendiri.
Perkataan ayah yang bijak itu bisa membuatku sedikit tenang. “tapi mengapa
bunda bunda berperilaku seperti itu padaku yah?” tanyaku lagi. “mungkin bunda
berperilaku seperti itu punya alas annya sendiri. Dia hanya berfikir bahwa kamu
itu anak yang tegar, kuat, periang, bisa menyelesaikan masalahmu sendiri. Beda
dengan kakakmu, kakakmu belum terlalu pandai menyelesaikan masalahnya sendiri .
bundamu hanya takut terjadi apa-apa sama kakak kamu. Kamu juga taukan kakakmu sangat
cepat untuk putus asa. Dia tiadak pernah berfikir panjang beda dengan kamu. Ayah
harap kamu bisa mengerti apa yang ayah katakan tadi. Sekarang bergegaslah temui
bunda minta maaf dan kamu terus makan.” Perkataannya membuat aku mengerti ,
belaian tangannya dirambutku membuat aku mengerti arti dari kasih sayang.
Aku
cepat menyusut air mataku dan bergegas menemui bunda. Langsung ku peluk bunda.
“bunda aku minta maaf yah, aku terlalu lancing pada bunda, yang aku fikirkan
hanya ego aku aja. Aku minta maaf bunda” kataku sambil memeluk erat bunda. “iya
sayang bunda sudah maafkan kamu sebelum kamu minta maaf. Seharusnya bunda yang
minta maaf sama kamu, karena bunda terlalu takut kehilangan anak-anak bunda.
Cukup sudah adikmu yang meninggalakan kita semua, bunda gak mau itu semua
terulang kembali. Sekarang kamu makan yah.” Ujar bunda “siap bunda J
“
Sejak
kejadian itu aku mengerti semuanya, akanku jadikan semua ini pelajaran yang
sangat berharga bahwa cinta dan kasih sayang tidak harus selalu dilihatkan
dengan fisik. Tapi dengan hatilah bukti cinta dan kasih sayang itu. Dan aku
berjanjji aku tidak akan marah lagi pada bunda. Mulai dari sekarang RUMAHKU
ADALAH SURGAKU..
Aku sangat saaayyaaaangggg BUNDA, AYAH, dan
KAKAKku.. I LOVE YOU ALL :* :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar