Kamis, 28 Agustus 2014

cerpen ~ aku sayang bunda sayang aku



Aku Sayang Bunda Sayang Aku
(Nurul Mustika)
            Namaku Shintia, aku duduk dibangku SMP kelas 8. Aku mempunyai kakak panggil aja kak Rina. Kakakku memang baik, tapi kadang menyebalkan, malahan bisa sangat menyebalkan. Orang bilang rumah itu surga bagi para penghuninya..tapi bukan begitu menurutku, yah bisa dibilang fifti-fifti deh.
          Disetiap sekolah pasti diadakan test ditengah semester ataupun diakhir semesternya. Aku akan menceritakan pengalamanku yang sangat membuatku senang, namun disisi lain aku sangat sedih dan merasakan kecewa.
          Penyakit hati ini selalu menghasutku untuk selalu sirik kepada kakakku. Hingga aku selalu berfikir “mengapa kakakku selalu diperhatikan? Mengapa kakakku selalu ditanya hasil dari testnya? Dapat nilai berapalah?? Inilah, itulah. Mengapa aku selalu dinomber duakan? Apa karna aku anak kedua jadi aku dinomber duakan?” pertanyaan itulah yang sudah menempel di memori ingatanku. Namun aku selalu mengabaikan semua pertanyaan yang konyol untuk aku jawab.
          Siang menuju sore saat matahari ceria, seakan dia tau isi hatiku yang sangat bahagia dan ia pun ikut merasakannya. Aku bahagia karena nilai test tengah semesterku bagus-bagus apalagi nilai matematikaku. Aku mendapatkan nilai yang sangat sempurna, yaitu 100. Rasanya aku ingin sekali cepat pulang kerumah untuk memberitahu kabar bahagia ini kepada semua orang yang ada dirumah. Terutama kepada ayah tercinta. Ayah yang selalu mengerti keadaanku dan selalu sangat perhatian padaku.
          Sesampainya dirumah, aku sangat kecewa sekali. Aku tak melihat sosok ayah saat itu. Mataku tertuju pada seorang wanita yang sedang duduk sambil menonton tv, yah wanita itu adalah bundaku. Ku hampiri bunda sambil mencium tangannya, seolah menggambarkan bahwa aku begitu sangat menghormatinya.
          Hening, itu yangku rasakan. Tapi aku mencoba tersenyum dan membuka pebicaraan “bunda tahu tidak nilai testku berapa?”  bunda hanya melihatku dan tersenyum “dapat berapa emangnya?” jawabnya singkat. “nilai matematikaku 100 bunda” sambil memeluknya dari belakang. “wah hebat anak bunda J”. Pujian bunda membuat idungku seketika kembung kempis.
          Tiba-tiba kakaku pulang. “bunda, tadi seru banget loh dikampus. Temanku dihukum sama dosen kasena surat-suratan pada jam pelajaran. Mana dosennya kiler lagi .” katanya sambil ketawa-ketawa gak jelas .“oh yahh? Gimana ceritanya? Cerita dong sama bunda.” Pertanyaan bunda seolah memberikan perhatian yang lebih. Dan sangat tidak disangka bunda menghampiri kakakku kekamarnya hanya untuk mendengarkan cerita yang gak penting. Jleebb hatiku sakit banget, bunda meninggalkanku yang sedang berdiri terpaku.
          Berlari kecil dan meninggalkan ruangan itu, bermaksud untuk mask kamarku tercinta yang siap mendengarkan curahan hatiku. “mengapa aku ditinggalkan? Mengapa bunda memilih mendengarkan cerita kakakku yang gak jelas itu. Perasaan di kelasku juga banyak yag sering dihukum oleh guru karena alas an tertentu. Tapi aku selalu berfikir kalau itu gak pantas aku ceritakan pada semua orang termasuk bunda.”
          Fikiranku melayang tak tau arah. Semua yang ada dimemori ingatanku hilang. Hanya tertinggal beberapa pertanyaan yang selama ini belum bisaku jawab. “bunda lebih memntingkan kakakku daripada aku? Ini bukan yang pertama kalinya, tapi ini sudah berkali-kali kurasakan. Apa bunda tidak sayang padaku? Apa aku hanya anak tiri? Ya allah aku gak kuat dengan cobaan ini, lebih baik aku kembali padamu. Aku sudah gak sanggup..” tak terasa air mataku mengalir begitu deras membasahi pipiku.
          “mungkin 1+1 bisa aku selesaikan, tapi maslah ini mengapa tidak bisa aku selesaikan?? Apa yang harus aku lakukan ya allah?? Berikan petunjukmu pada hamba ini.” Lamunanku buyar karena aku mendenga suara yang taka sing lagi bagiku. “tia, makan yuk . dari tadi kamu belum makan loh.”  Suara itu sangat menyaring ditelingaku. Aku tak menghiraukannya karena aku tahu itu adalah suara bunda.
          Tak lama bunda mengetuk lagi pintu kamarku. “ tia, ayo makan nak, nanti kamu sakit. Lagian ada makanan kesukaan kamu tuh..” ku buka pintu kamarku, “tumben bunda peduli? Perhatian aja sama kakak” jawabku aggak ketus. “bunda perhatian karena bunda sayang sama kamu. Lagian kakak mu sudah makan.” Jawabnya. “apa bun? Bunda perhatian sama aku karena kakak udah selesai ? iya bun, tega banget . misalnya kakak belum makan pasti bunda gak akan peduli sama aku. Iyakan bun? Terimakasih untuk perhatiannya. Tapi sayang aku gak mau.” Sambil menutup pintu dan hanya menangislah yang bisa ku lakukan.
          “maaf bunda aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi hatiku sudah terlanjur pecah berkeping-keping”ujarku dalam hati
          Terdengar suara ayah pulang, dan menanyakan kabarku, Kabar anak bungsunya. Mungkin jika adikku masih ada di dunia ini, aku bukan aak bungsu dan mungkin aja aku gak akan merasa kesepian ini.
          Tukk..tuukk..tuukk suara pintu kamarku. “tia sayang ini ayah nak, ayo buka pintunya” ujarnya penuh dengan kasih sayang. “iya ayah, silahkan masuk.” Sambil ku buka pintu kamarku. “kamu kenapa kecil? Katanya belum makan? Cerita sama ayah, kamu punya masalah apa ?” ayah sambil bercanda, dan perkataan ayah bisa sedikit membuatku tersenyum. Ku peluk ayah dengan erat dan bertanya, “ayah sayang gak sama aku? Terus bunda sama kakak sayang gak sama aku?” pertanyaanku membuat ayah seketika terkejut. “ya jelaslah ayah sangat sayang sama kamu tia, begitu juga dengan bunda dan kakakmu.. mana ada orang tua yang gak sayang sama anaknya sendiri. Perkataan ayah yang bijak itu bisa membuatku sedikit tenang. “tapi mengapa bunda bunda berperilaku seperti itu padaku yah?” tanyaku lagi. “mungkin bunda berperilaku seperti itu punya alas annya sendiri. Dia hanya berfikir bahwa kamu itu anak yang tegar, kuat, periang, bisa menyelesaikan masalahmu sendiri. Beda dengan kakakmu, kakakmu belum terlalu pandai menyelesaikan masalahnya sendiri . bundamu hanya takut terjadi apa-apa sama kakak kamu. Kamu juga taukan kakakmu sangat cepat untuk putus asa. Dia tiadak pernah berfikir panjang beda dengan kamu. Ayah harap kamu bisa mengerti apa yang ayah katakan tadi. Sekarang bergegaslah temui bunda minta maaf dan kamu terus makan.” Perkataannya membuat aku mengerti , belaian tangannya dirambutku membuat aku mengerti arti dari kasih sayang.
          Aku cepat menyusut air mataku dan bergegas menemui bunda. Langsung ku peluk bunda. “bunda aku minta maaf yah, aku terlalu lancing pada bunda, yang aku fikirkan hanya ego aku aja. Aku minta maaf bunda” kataku sambil memeluk erat bunda. “iya sayang bunda sudah maafkan kamu sebelum kamu minta maaf. Seharusnya bunda yang minta maaf sama kamu, karena bunda terlalu takut kehilangan anak-anak bunda. Cukup sudah adikmu yang meninggalakan kita semua, bunda gak mau itu semua terulang kembali. Sekarang kamu makan yah.” Ujar bunda “siap bunda J
          Sejak kejadian itu aku mengerti semuanya, akanku jadikan semua ini pelajaran yang sangat berharga bahwa cinta dan kasih sayang tidak harus selalu dilihatkan dengan fisik. Tapi dengan hatilah bukti cinta dan kasih sayang itu. Dan aku berjanjji aku tidak akan marah lagi pada bunda. Mulai dari sekarang RUMAHKU ADALAH SURGAKU..
Aku sangat saaayyaaaangggg BUNDA, AYAH, dan KAKAKku.. I LOVE YOU ALL :* :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar